LENGKONG AYOBANDUNG.COM--Tak banyak orang yang kenal dengan nama Mohamad Koerdie alias Sjarif Amin atau Syarif Amin.Sangat disayangkan, mengingat Koerdie adalah satu dari sedikit bapak perintis pers nasional di Indonesia. Mohamad Koerdie yang lahir di Cihaurbeuti, Ciamis, pada 10 September 1907 adalah pemimpin redaksi Sipatahoenan, koran
Oto Iskandardinata atau Oto Iskandar Di Nata, lahir pada 31 Maret 1897 di Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Otto adalah anak ketiga dari sembilan bersaudara. Ayahnya bernama Nataatmadja. Setelah menunaikan ibadah haji, nama ayahnya berganti menjadi Raden Haji Adam Rahmat. Ibunya bernama Siti menempuh pendidikan dasarnya di Hollandsch Inlandsche School HIS Bandung, kemudian melanjutkan di Kweekschool Onderbouw Sekolah Guru Bagian Pertama Bandung, serta di Hogere Kweekschool Sekolah Guru Atas di Purworejo, Jawa Tengah.
Biografioto iskandar dinata dalam bahasa sunda. Otto adalah anak ketiga dari sembilan bersaudara. Rama na nataatmaja ibu na siti hadijah. Biografi otto iskandar dinata dalam bahasa sunda awal kahirupan oto iskandar di nata lahir 31 maret 1897 dibojongsoang, katurunan bangsawan sunda nu namina nataatmadja.
Awal KahirupanOtto Iskandardinata dibabarkeun dina tanggal 31 Maret 1897 diBojongsoang, Oto katurunan bangsawan Sunda nu namina Nataatmadja. Oto anak katilutina salapan sakola dasarna diHollandsch-Inlandsche SchoolHIS Bandung, diteruskeun jeung diKweekschool OnderbouwSakola Guru Bagean Kahiji Bandung, jeung di Hogere KweekschoolSekolah Guru Atas diPurworejo,Jawa beres sakola, Oto jadi guru HIS diBanjarnegara,Jawa Juli 1920, Oto pindah ka Bandung terus ngajar di HISbersubsidi jeung perkumpulan Perguruan Rakyat. Pra kamerdekaan Dina kegiatan gerakanna di waktu saacan kamerdekaan,Otto Iskandardinata pernah ngajabat Wakil KetuaBudi Utomocabang Bandung dina periode1921-1924,sarta jeung jadi Wakil Ketua Budi Utomocabang Pekalongan tahun 1924. Waktu harita, anjeunna jadi anggota Gemeenteraad "DewanKota" Pekalongan ngawakilan Budi oge aktif dina organisasi budaya Sundaanu ngaranna Paguyuban Pasundan. Anjeunna jadi Sekretaris Pengurus Besar taun1928,jeung jadi ketuana dina periode1929-1942. Organisasi eta mancen dina widang pendidikan, sosial-budaya, politik, ekonomi, kepemudaan, jeung pemberdayaan oge jadi anggotaVolksraad"Dewan Rakyat", samisal DPR nu dibentuk dina mangsaHindiaBelandaperiode1930-1941. Dinamangsa jajahan Jepang,Oto jadi Pemimpin surat kabarTjahaja1942-1945. Anjeunnaterus jadi anggotaBPUPKI jeungPPKInu dibentuk ku pamarentah pendudukan Jepang sebagailembaga-lembaga anu ngabantu persiapan kemerdekaan Indonesia. Pasca kemerdekaan Sanggeus proklamasi kemerdekaan, Oto ngajabat jadiMenteri NegaradinakabinetanumimitiRepublik Indonesia taun 1945. Anjeunna mancen tugas nyiapkeun dibentuknaBKRtinalaskar-laskar rahayat anu nyebar di saantero Indonesia. Dina ngalaksanakeun tugasna, Otodiperkirakeun geus nimbulkeun rasa teu puas dina salah sahiji laskar eta. Anjeunna jadi korbanpenculikan sakelompok jalma nu ngaranna Laskar Hitam , teupikeun akhirna leungit jeungdiperkirakeun dibunuh di daerahBanten. Pahlawan nasional Oto Iskandar di Nata diangkat jadi Pahlawan Nasional berdasarkeu Surat Keputusan PresidenRepublik Indonesia No. 088/TK/Taun 1973, tanggal 6 November 1973. Salah sahiji monumenperjuangan Bandung Utara diLembang,Bandunganu ngaranna "Monumen Pasir Pahlawan"didirikeun keur ngabadikeun Oto Iskandar di Nata oge diabadikeun jadi ngaran jalan di sabeberaha kota di Indonesia. jajak Oto Dina PETA Sok jadi pertanyaan, kunaon Otto Iskandardinata teu dianggap jadi salah sahiji pendiri TNI? Padahal ampir sakabeh pagawean Oto dina era Jepang jeung sangeus kamerdekaan sok ngahiji jeung teu pernah aya urusan langsung jeung teknis kemiliteran, tapi aktif ngabantu di luar hal sarua jeung posisinya jadi direktur Sipatahoenan jeung Tjahaja, tapi sacara resmianjeunna teu pernah diakui jadi tokoh pers nasional. Nu diakuna jadi tokoh pers nyaeta para mantanpemred dua harian eta. Soal peran salah sahiji tokoh dina perjuangan eta nu akhirnya memang balikdeui ka tafsir surat Gatot ditarima sacara hade ku Saiko Sikikan, samisal tokoh-tokoh lainna, Oto 7/10/43ngirimkeu n surat dukungan. "… yen nu ngananda tangan sadia lahir batin keur digunakeun keur PasukanSukarela eta ...", kitu antara lain ditulis Oto dina suratnya. Yen pendidikan calon Peta nyaeta urusanpenguasa militer Jepang, maka Oto jeung tokoh-tokoh laina ngadirikeun hiji badan pendamping samisallembaga sipil keur ngadukung kapentingan prajurit. mungkin itu yang bisa saya sampaikan dalam artikel kali ini tentang Biografi Otto Iskandardinata dalam bahsa sunda baca juga contoh makalah dalam bahasa sunda di sini Tweet Share Share Share Share Sign up here with your email
AnakIndonesia Bersatu Bantu Rumah Sakit di Sumba. Anak Muda. Anak Positif Covid19. Anak Punk. Anak Yatim Piatu. anak-amak panti asuhan. anakcerdas. prestasijunior. Analia Trisna. Anang Hermansyah.
Oleh Iip Yahya “Bagaimana cara pemindahan kekuasaan dapat dilakukan?” tanya Oto Iskandar di Nata kepada Soekarno. “Ini bukan pemindahan,” jawab Soekarno. “Tindakan itu akan bersifat penyerahan’.” Oto tetap menginginkan kata “pemindahan”, karena tidak mengandung paksaan. Akhirnya, kata “pemindahan” disepakati bersama. Sebelumnya kata tersebut diubah Soekarno dengan kata “penyerahan”. KUTIPAN dialog di atas menunjukkan adanya fakta kehadiran Oto Iskandar di Nata dalam rapat perumusan naskah proklamasi, Jumat, 17 Agustus 1945. BM Diah sebagai pelaku sejarah, merekam peristiwa penting itu dalam bukunya, “Angakatan Baru 45” 1983, h. 243-44. Selain Oto, tokoh asal Sunda lainnya yang memberi masukan adalah Iwa Kusumasumantri. Menyusul disepakatinya kata “pemindahan”, maka Iwa menyarankan kata “diselenggarakan” untuk menggantikan kata “diusahakan”. Coretan-coretan dalam naskah asli tulisan tangan Soekarno yang berhasil diselamatkan Diah, mengabadikan dinamika rapat pada dinihari itu. Dengan kesaksian BM Diah ini, kita diingatkan bahwa Oto terlibat dalam hampir semua peristiwa paling menentukan menjelang kemerdekaan RI. Selain ikut merumuskan naskah proklamasi, sebagaimana sudah popular, Oto ikut “menentukan” presiden dan wakil presiden RI yang pertama melalui sidang PPKI. Dengan keterlibatan yang sangat mendalam itu, menjadi aneh ketika di kemudian hari ada sejumlah pihak yang meyakini bahwa Oto berkhianat pada Repubik Indonesia. Ada yang menyebutnya sebagai mata-mata sekutu/NICA, ada juga yang menuduhnya menjual kota Bandung. Priyatna Abdurrasyid, seorang pelaku sejarah dalam peristiwa Bandung Lautan Api, dalam memoar yang dituturkannya kepada Ramadhan KH 2001 mengutarakan, “Mundurnya pasukan dari Bandung yang dikosongkan ternyata kemudian dikambinghitamkan kepada Oto Iskandar di Nata yang pada saat itu diculik oleh pasukan tak dikenal dan dibunuh di Mauk, Tangerang”. Menurut Priyatna, selain informasi yang simpang siur tentang ditangkapnya Oto, kabar itu disertai pula tuduhan bahwa Oto telah menjual Bandung kepada Sekutu. Sebagai prajurit muda, Priyatna tak bisa mengerti adanya fitnah itu. Ia hanya bisa merasakan bahwa tuduhan itu sebagai bagian dari permainan politik tingkat tinggi. Sampai hari ini masih ada yang meyakini bahwa Oto benar-benar berkhianat. Hal ini menunjukkan fitnah terhadap Oto itu terkesan “dipelihara”. Tuduhan itu, sekalipun tidak terbuka dan tertulis, seolah-olah kebenaran sejarah yang terus diwariskan dan tidak pernah ada klarifikasi dari pihak-pihak yang melakukannya. Padahal tuduhan itu tidak pernah bisa dibuktikan. Sementara Oto sebagai tertuduh, telah mengalami nasib yang menggenaskan dan keluarganya dalam waktu yang cukup lama harus menjalani hidup yang “sengsara”. Memoar dr. Djundjunan Setiakusumah 2002 bisa sedikit membantu dalam upaya menemukan pelaku fitnah atas Oto. Menurut Djundjunan, suatu hari di penghujung 1945, di rumah sakit Situsaeur tempatnya bertugas, ia menerima secarik kertas yang di dalamnya tertulis nama-nama orang Sunda yang akan diculik oleh suatu golongan pemuda. Nama-nama itu semuanya bekas pengurus Paguyuban Pasundan, yaitu Puradiredja, Oto Iskandar di Nata, Nitisomantri, Ukar Bratakausumah, Djundjunan, Oto Subrata, dan Adjat Sudradjat. Setelah menerima daftar itu, Djundjunan segera melapor kepada walikota dan residen, tetapi kurang mendapatkan tanggapan. Dan daftar itu ternyata benar adanya dengan munculnya serangkaian penculikan. “Oto Iskandar di Nata diuber-uber. Baru tertangkap di Master Cornelis dengan tipu muslihat,” papar Djundjunan. Siapakah golongan pemuda yang dimaksud Djundjunan? Bagaimana sebenarnya duduk perkara yang membuat Oto difitnah sebagai mata-mata Sekutu/NICA dan menjual kota Bandung satu miliun? Awalnya adalah pertemuan Oto dengan Kusna Poeradiredja di Jakarta, di rumah Ijos Wiriaatmadja. Kusna pada waktu itu meyakini bahwa NICA akan menang perang sehingga ia memilih berada di pihak NICA. Karena Kusna mantan tokoh JOP organ pemuda dalam paguyuban Pasundan, Oto meminta Ukar Bratakusumah, kawan seangkatannya, agar menemui Kusna untuk dapat dibujuk memihak republik. Akan tetapi kedua pemuda itu tidak berhasil menemukan titik temu, Kusna tetap di pihak NICA. Peristiwa tersebut dicatat dalam biografi Ukar yang terbit 1995. Nah, pertemuan dengan Kusna yang berseragam NICA itulah yang dijadikan dasar tuduhan mata-mata NICA kepada Oto dan Ukar. Sementara soal uang satu miliun, itu adalah pemberian seorang perwira Jepang bernama Ichiki Tatsuo. Biografi Mr. Soedjono yang disunting Soebagijo IN 1983 menjelaskan soal ini. Oto dan Ichiki akrab melalui dunia jurnalistik. Keduanya sama-sama menerbitkan majalah dwimingguan Pradjoerit, media untuk tentara PETA dan Heiho. Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, di antara para perwira Jepang yang memiliki akses pada uang rampasan, ada yang memilih untuk memberikannya kepada tokoh-tokoh Indonesia yang mereka percayai, untuk digunakan sebagai bekal perjuangan. Uang itu berasal dari rampasan perang ketika Jepang mengalahkan Belanda pada 1942, maka uangnya berupa gulden Belanda. Di kemudian hari, Ichiki yang kecewa kepada negaranya yang dinilainya “meninggalkan” Indonesia dalam agresi militer Belanda, ikut berjuang memihak RI. Ichiki juga sangat menyesali nasib Oto yang dibunuh karena menerima uang darinya. Ichiki lalu memimpin Pasukan Gerilya Istimewa di Malang. Ia gugur pada pertempuran sengit dengan pasukan Belanda di lereng gunung Semeru Selatan pada 9 Januari 1949. Sebagai penghargaan atas jasanya, 15 Pebruari 1958, ketika berkunjung ke Jepang, Presiden Soekarno menyimpan prasasti perjuangan Ichiki di Kuil Budha Shei Shoji di Minatoku, Tokyo. Dengan demikian, tuduhan bahwa Oto menjadi mata-mata NICA dan menjual Bandung adalah tuduhan yang gegabah dan semena-mena. Dua fitnah yang jelas merugikan nama baik Oto dan keluarganya. Kalau sebuah hadits Nabi menyatakan “fitnah lebih kejam dari pembunuhan”, maka Oto mengalami kedua-duanya, pencemaran nama baik & pembunuhan yang sadis. Bahwa kebenaran itu akan muncul dengan caranya sendiri, dapat dirasakan dalam kasus Oto. Setelah puluhan tahun kematiannya, barulah fakta-fakta itu ditemukan dan dapat dirangkai untuk membuktikan bahwa pahlawan Sunda ini clear, bersih, tidak tercela sebagaimana difitnahkan kepadanya. Kalau memakai prinsip mafhum mukhalafah makna kesebalikan, dengan fakta yang ditemukan, bisa disimpulkan bahwa Oto adalah benar dan penuduhnya adalah salah. Jadi, para penuduhnya itulah yang sejatinya telah berkhianat kepada perjuangan RI dan kepada kepentingan Sunda. Merekalah yang telah mengambil keuntungan politik-ekonomi-sosial di atas kematian Oto dan cerai-berainya tokoh-tokoh Paguyuban Pasundan. Meminjam istilah yang terkenal sekarang, fitnah atas Oto itu “berdampak sistemik”, sebab telah memutus mata rantai sejarah Sunda dalam bingkai NKRI. Oto yang sangat berjasa dalam proses kemerdekaan RI, dicederai oleh tuduhan yang mengada-ada. Penulis adalah penyusun buku Oto Iskandar di Nata the Untold Stories.
Yavadesh dalam bahasa Pali disebut Javadesh. Orang Arab menyebutnya Aceh mengalami kemajuan pesat pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Pada masa pemerintahannya, Aceh mencapai zaman keemasan. Aceh bahkan dapat menguasai Johor, Pahang, Kedah, Perak di Baru pada tahun 1527, Sunda Kelapa berhasil direbut. Dalam
RadenDewi Sartika, aktivis perempuan, pahlawan nasional. Djuanda Kartawidjaja, perdana menteri, pahlawan nasional. Iwa Kusuma Sumantri, menteri Indonesia, pahlawan nasional. Kyai Haji Raden Abdullah Bin Nuh, pahlawan Pergerakan Nasional.
1951 Biografi Pahlawan Indonesia No comments Raden Otto Iskandar Dinata lahir di Bandung, Jawa Barat, 31 Maret1897. Ayah Otto adalah keturunan bangsawan Sunda bernama Nataatmadja. Otto adalah anak ketiga dari sembilan bersaudara.
. 101 72 400 374 303 252 110 55
biografi otto iskandar dinata dalam bahasa sunda